top of page

Sawangan Tourism Village

Identification for potential Tourism Village in North Minahasa by Community Development Approach


The government in the North Sulawesi Province at the moment is pushing tourism sector as their one of the competitive program. One of the strategies is by having a direct flight from China in order to have more foreign visitors. Hence, in 2016 the number of visitors to North Sulawesi had achieved 45,000 tourists.

The most popular destination in North Sulawesi is Bunaken Island. This is due to its well known attractive under water tourism. However, some issues still exist in regard of the rubbish management. This problem has been continously handled comprehensively by the city of Manado’s local government.

This problem can be a challenge for me as one of the Australia Award Scholarship Awardee in 2017. I want to create a new destination as an alternative tourist destination in North Sulawesi. As there are 15 regional districts/cities which have various different potential tourism destination which have not been handled professionally.   

My project is to identify potential tourist attraction in the village of Sawangan, in the district of Airmadidi, North Minahasa region to become one of the tourism village.

Identification will be done through interviews and observations. The objects are all resources such as natures, human skills, knowledges, technologies, and expenses), Organisations/Institutions (managing organisations), and values/norms (foundations/norm practices applies in the are).

The outcomes from this project is a Policy Paper which can be converted in helping the planning in the government village level, regional and province in developing its tourism based on the community’s life-style. (Mark,2017)

BANK SAMPAH MANADO

Sebuah langkah untuk mendukung Indonesia #bebassampah2020

Permasalahan sampah menjadi permasalahan semua dan membutuhkan dukungan semua pihak dalam penanganannya. Sampah kota yang dihasilkan dari rumah-rumah, kawasan bisnis, perhotelan, pasar tradisional, dan sikap tidak bertanggungjawab dari orang-orang yang masih membuang sampah sembarangan menjadi tantangan bagi pemerintah kota Manado dan kabupaten/kota lainnya di Sulawesi Utara.

sumber : Facebook Lieke Kembuan

Khusus kota Manado, dalam upaya mencapai visi menjadi kota cerdas, membutuhkan upaya ekstra cerdas pula untuk mencapai kota yang ramah, dan nyaman untuk dikunjungi dan ditinggali. Aspek kenyamanan sangat ditentukan oleh kebersihan kotanya.

Sejak banjir bandang yang terjadi pada awal tahun 2014 yang lalu sangat berdampak luas terhadap pengelolaan sampah dan menyebabkan kota Manado kesulitan untuk mendapat penghargaan Adipura karena perubahan pola penanganan di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sumompo dari Sanitary Landfill menjadi Open Dumping.

Volume sampah kota Manado per hari mencapai 200-300 ton, dikelola berbasis kecamatan dan mengerahkan aparat kelurahan (Kepala Lingkungan/Pala) untuk mengangkut sampah dan dibuang ke TPA. Tahun 2017, Pemerintah Kota Manado mengalokasikan anggaran lebih dari 40 Miliar untuk menangani sampah. Dana ini digunakan untuk pengadaan kendaraan roda tiga sebanyak lebih dari 500 unit dan disebar keseluruh lingkungan di Kota Manado. Dana ini juga digunakan untuk pembelian beberapa kendaraan angkut berupa ambrol, truck sedang hingga dump truck dan disebar ke seluruh kecamatan dengan proporsional termasuk biaya operasional tenaga pengangkut sampah.

TerraGo Indonesia

Disamping usaha pemerintah, ternyata ada juga inisiatif yang timbul dari masyarakat yang saat ini bergerak dari kelurahan ke kelurahan untuk sosialisasi Bank Sampah berbasis masyarakat dengan menggunakan teknologi informasi dalam menunjang pengelolaan bank sampah. Teknologi ini dikenal dengan aplikasi Bank Sampah (SMASH).

Saat ini sudah ada 10 Bank Sampah di Kota Manado yang dikelola menggunakan aplikasi ini dan tersebar di beberapa lokasi yaitu Dendengan Dalam, Banjer, Maasing, Ternate Baru, Ketang Baru, Ternate Tanjung, Wawonasa, Karame, RSUP Kandou, dan SMA 7 Manado.

Inisiatif dari masyarakat yang difasilitasi  sepenuhnya oleh TerraGo Indonesia,  mendapat sambutan yang sangat positif dari Pemerintah Kota melalui Kepala Badan Penelitian dan Pembangunan Daerah (BAPELITBANGDA) Ibu Linny Tambayong dan bekerjasama dengan Dinas Lingkungan Hidup Kota Manado. Pada Desember 2017, Tim TerraGo diundang untuk mempresentasikan konsep pengelolaan bank sampah berbasis masyarakat dengan aplikasi SMASH dihadapan seluruh camat dan beberapa kelurahan yang mengelola bank sampah dan perwakilan dari BNI 46 dan BPJS.

Konsep pengelolaan bank sampah yang dikolaborasikan dengan system non-cash dari BNI 46 dan pembayaran iuran BPJS adalah sebuah konsep baru yang dapat membantu masyarakat untuk jaminan kesehatan sekaligus budaya menabung sehingga dapat meningkatkan pendapatan sekaligus membantu pemerintah dalam mengelola lingkungan.

Terra Go Indonesia adalah sebuah lembaga yang saat ini begitu peduli terhadap permasalahan sampah di kota Manado, dan bekerjasama dengan Asosiasi Pengusaha Daur Ulang Plastik Indonesia (APDUPI) yang saat ini dikomandani oleh Saut Marpaung pemilik pabrik daur ulang plastic di Pasuruan Jawa Timur, bekerja bahu membahu untuk terus masuk ke sumber-sumber penghasil sampah kota di Kota Manado dan menawarkan kerjasama pengelolaan limbah dengan system Bank Sampah. Kerjasama ini sudah mulai membuahkan hasil setelah adanya peluang untuk mengelola sampah di beberapa hotel, kampus dan kawasan bisnis. Kerjasama yang ditawarkan adalah pendampingan pemilahan sampah, dan pembelian sampah terpilah dengan harga terbaik dengan system sirkular ekonomi.

 

Sirkular Ekonomi

Prinsip Sirkular Ekonomi dalam pengelolaan sampah di Kota Manado mulai diperkenalkan di RSUP Prof. Kandou pada September 2017, dimana limbah rumah sakit yang berasal dari limbah medis dan limbah domestic diolah menjadi bahan hasil daur ulang berupa Kantong Limbah Medis dan Kantong Limbah Domestik

RSUP Prof Kandou setiap tahunnya menggelontorkan dana sebesar 1 miliar rupiah untuk pembelian kantong limbah medis. Melalui kerjasama ini, diharapkan terjadi prinsip sirkular ekonomi, dimana limbah medis berupa selang infus, botol infus, dan jerigen haemodialisis setelah melalui proses desinfektan melalui autoclave, maka dapat didaur ulang menjadi produk kantong limbah medis. Pola ini menguntungkan semua pihak karena sebelumnya dengan prinsip linear ekonomi, limbah medis langsung dikirim ke incinerator dan dibakar sehingga disamping menyebabkan pencemaran udara juga tidak memiliki nilai ekonomi.

Kolaborasi untuk Indonesia #bebassampah2020

Dalam rangka memperingati Hari Peduli Sampah Nasional 2018, TerraGo Indonesia bersama dengan seluruh stakeholders terkait akan merancang sebuah event bersama sebagai bentuk kepedulian terhadap masalah sampah di Sulawesi Utara dengan beragam kegiatan diantaranya Seminar Bank Sampah, dan Aksi Peduli Kota dengan tajuk “Green Action for Sustainable Tourism”.

 

Aksi peduli kota akan dilakukan dengan melakukan pemilahan sampah dari sumbernya oleh semua pihak yang terlibat dalam aksi ini dan dikumpulkan di beberapa titik di Kota Manado sesuai sebaran Bank Sampah Online, akan ditimbang dan dibayarkan dan selanjutnya akan diinput ke dalam system Bank Sampah online dan akan dipublikasikan secara meluas melalui media social dan website kota Manado untuk menunjukan kepedulian seluruh elemen masyarakat terhadap permasalahan sampah. Dalam aplikasi ini akan terlihat berapa volume, kategorisasi, dan jumlah rupiah hasil konversi sampah dari aksi peduli kota.

Kegiatan ini diharapkan mendapatkan dukungan dari seluruh pemangku kepentingan dan mitra strategis pembangunan yaitu Pemerintah, Pihak Swasta, Masyarakat, dan Kalangan Akademisi untuk bersama terlibat dan ambil bagian dalam kegiatan ini dengan harapan Sulawesi Utara menjadi destinasi wisata unggulan yang bersih dan asri serta nyaman bagi kunjungan wisatawan.(MK)

bottom of page