ECENG GONDOK DI DANAU TONDANO DAN SOLUSINYA BAGI KEMANDIRIAN ENERGI DAN KETAHANAN PANGAN DI SULAWESI
- marlonkamagi
- Apr 22, 2014
- 2 min read
Mengamati kondisi objektif salah satu danau di Indonesia yaitu Danau Tondano di Kabupaten Minahasa Provinsi Sulawesi Utara dari tahun ke tahun, keberadaannya sudah sangat memprihatinkan. Ancaman terhadap ekosistem danau Tondano adalah suburnya ‘eceng gondok’ (EG). Berdasarkan data visual (foto), menunjukkan EG pertumbuhan dan pesebarannya, sudah di luar batas toleransi yaitu 3 persen perhari mencapai lebih dari 10 persen luas danau (Kompas.com, 4 November 2011).
Langkah untuk mengatasi permasalahan ini oleh berbagai pihak termasuk pemerintah dan masyarakat, adalah program dan kegiatan padat karya pengangkatan EG dari DT. Langkah yang patut dihargai namun belum mampu menyelesaikan masalah karena hanya diangkat dari danau dan tidak dimanfaatkan atau diolah sehingga tidak memberikan nilai tambah bagi perekonomian masyarakat.
Solusi Eceng Gondok di danau Tondano adalah dengan pemanfaatan dan pengolahan Eceng Gondok menjadi sumber energi dan bahan baku pupuk organik.
Teknologi Pembangkit Listrik Tenaga Bio-Massa (PLTBM) sudah tersedia dan dapat diterapkan untuk menjadi solusi bagi permasalahan Eceng Gondok di Danau Tondano. Produk yang dihasilkan adalah listrik dan bio-gas serta bahan baku Pupuk Organik Cair (POC) dan Kompos Padat.
PLTBM dengan kapasitas pengolahan 1 ton/hari dapat menghasilkan Gas Methan Murni setara 80 tabung 3 kg/hari. Dengan bahan baku POC sebanyak 40% atau 400 liter.
Pengolahan dengan skala yang lebih besar dapat mendukung kebutuhan pupuk organik nasional. Potensi bio-massa eceng gondok di danau Tondano seluas 400 ha, jika diasumsikan pertumbuhan 3%/hari maka PLTBM dengan kapasitas 20 ton/hari dapat menghasilkan pupuk organik sebesar 40% pupuk cair atau setara 8.000 liter dan 60% fine kompos atau setara dengan 12.000 kg. Pasokan pupuk organik cair (POC) dari danau Tondano 1.920.000 liter per tahun dan Fine Compos sebesar 2.880.000/kg per tahun.
POC dari bahan baku EG dengan perlakuan/treatment sesuai peruntukan misalnya untuk varian padi-padian, 500 ml (2 botol 250 ml) dapat digunakan untuk pemupukan lahan sawah seluas 1 ha. Artinya POC dari danau Tondano dapat mensupply kebutuhan pupuk untuk lahan sawah seluas 3.840.000 ha/tahun atau 15% kebutuhan lahan padi nasional.
Pupuk Organik Padat (fine compos) dengan kapasitas 2.880 ton/tahun dapat berkontribusi terhadap lahan padi seluas 1.440 ha. Dengan kebutuhan pupuk organik di Sulawesi Utara sebesar 2.160 (data Permentan Nomor 69/Permentan/SR.130/11/2012), artinya dapat memenuhi seluruh kebutuhan pupuk organik bahkan surplus.
Dengan gambaran di atas, dapat dipastikan bahwa Indonesia dapat memenuhi kebutuhan pupuk organik nasional dengan memaksimalkan potensi sumberdaya dan memanfaatkan teknologi yang tepat dalam pengolahannya. Eceng Gondok yang tersebar hampir di seluruh Indonesia dan cenderung menjadi masalah karena menyebabkan pendangkalan dan mengancam sektor lainnya seperti kelistrikan, pertanian, peternakan, dan pariwisata dapat dirubah menjadi solusi bagi ketahanan dan keamanan pangan serta kemandirian energi di desa.
Sekarang waktunya untuk bangkit dan menjadikan sektor pertanian organik menjadi tulang punggung pembangunan nasional untuk mewujudkan Indonesia yang Sejahtera dan Mandiri. Indonesia maju, Indonesia disegani, Indonesia menjadi negara Maju dari sektor pertanian.
Comments