top of page

MEMBANGUN DARI DESA DENGAN KEMANDIRIAN ENERGI DAN KETAHANAN PANGAN

Indonesia adalah negara dengan kekayaan alam yang luar biasa dan memiliki keanekaragaman hayati terbesar di dunia.


Melihat kondisi bangsa yang belum beranjak menjadi negara yang kuat dan disegani oleh bangsa-bangsa lain di dunia, menjadi keprihatinan tersendiri. Indonesia dapat bangkit dengan kepemimpinan yang kuat dan mampu mengonsolidasikan kekuatan segenap elemen bangsa.


Kebangkitan bangsa yang di mulai dari desa dengan memanfaatkan segala potensi sumberdaya yang ada dapat dilakukan dengan bekerjasama dan bersinergi dengan semua pihak.


Kemandirian Energi dan Ketahanan Pangan

Indonesia memiliki potensi energi yang luar biasa baik energi fosil maupun energi baru terbarukan.


Untuk membangun sebuah bangsa dibutuhkan energi yang besar, kita tidak bisa hanya bergantung kepada energi fosil yang seiring berjalannya waktu akan habis. Saatnya kita bangkit dengan mengoptimalkan potensi energi terbarukan seperti, bio-massa, energi surya (solar energy), energi angin (wind energy), energi air (hydro energi), dan energi gelombang (wave energy).


Bio-massa yang tersedia sangat berlimpah dan tersebar merata hampir di seluruh wilayah Indonesia menjadi peluang pengembangan dan pemanfaatan untuk kebangkitan Indonesia dari sektor energi.


Bio-massa berupa sampah pertanian, eceng gondok, limbah sampah organik, dapat dimanfaatkan menjadi energi listrik dan bio-gass dengan memanfaatkan teknologi Pembangkit Listrik Tenaga Bio-Massa (PLTBM). Disamping untuk energi listrik dan gas, sisa fermentasi dapat menjadi pupuk organik untuk pertanian.


Eceng Gondok (EG) adalah salah satu bahan baku PLTBM dan merupakan monster air yang saat ini sudah banyak merepotkan pemerintah daerah hampir di seluruh Indonesia. Waduk di Jakarta yang dipenuhi eceng gondok sangat mengganggu bahkan menyebabkan banjir. Daerah lain seperti Gorontalo, EG di danau Limboto dengan pertumbuhannya yang tidak terkendali menyebabkan danau menjadi kering. Di Sumatera Utara, EG mengganggu keramba masyarakat yang berdampak pada pendapatan masyarakat berkurang di sekitar danau Toba.


Pemanfaatan teknologi PLTBM, dapat menjawab permasalahan di beberapa daerah yang memiliki potensi bio-massa menjadi solusi bagi ketersediaan energi listrik dan bio-gass bahkan ketersediaan pupuk organik.


Untuk membangun ketahanan dan keamanan pangan di Indonesia, kebutuhan terhadap pupuk organik menjadi penting.


Menurut perkiraan Kementerian Pertanian, total kebutuhan pupuk organik nasional sekitar 30 juta ton pertahun. Hitung-hitungannya, luas panen padi nasional sekitar 12 juta ha/tahun, setiap hektar memerlukan pupuk organik rata-rata 2 ton per ha. Sehingga perlu 24 juta ton pupuk organik. Sisanya 6 juta ton, untuk memenuhi kebutuhan pupuk organik guna pengembangan SRI (System of Rice Intensification) organik sekitar 10% dari luas tanam padi, yaitu seluas 1,2 juta ha dengan dosis pemupukan organik mencapai 5 ton pe ha di awalnya. Untuk memenuhi kebutuhan pupuk organik nasional sebesar 30 juta ton per tahun diperlukan rumah kompos 30.000 unit dengan kapasitas masing-masing 1000 ton pupuk organik/tahun.

Featured Posts
Recent Posts
Search By Tags
No tags yet.
Follow Us
  • Facebook Basic Square
  • Twitter Basic Square
  • Google+ Basic Square
bottom of page